Sebelum mulai, gue mohon maaf lahir dan batin bagi semua kawan blogger dan pembaca sekalian, maafkan kesalahan gue sebagai manusia yang mungkin pernah menyakiti kalian semua langsung dan gak langsung. Agak telat sih minta maafnya tapi gapapa ya daripada bengong.
Siapa sih orang Indonesia yang gak pernah mendengar stafaband? Pasti, mayoritas orang Indonesia pernah buka web itu buat mencari lagu-lagu yang sedang ngehits. Gue sering buka web itu pada masa alay maksimal. Atau bagi kalian yang sering download film pasti gak jauh-jauh dari Ganool dan YTS, kan? Gue pun juga begitu, senang dengar lagu dan juga nonton film. Masalahnya gue baru sadar sekarang kalau yang gue lakukan ini salah, karena semua yang gue nikmati itu semua bajakan. Semuanya hasil nyolong.
Ya emang sih gue salah, cuma gue dulu pun agak sulit untuk beralih ke produk original. Kenapa? Karena CD musik dan DVD film ori itu mahal banget. Sekitar 100 ribu untuk satu album lagu dan 400 ribu untuk satu film. Uang segitu udah mahal bagi gue yang saat itu masih SMA. Gue gak bakalan mau untuk menghabiskan duit 100 ribu untuk mendengarkan hanya 2 lagu hits dari suatu album dan sisanya cuma lagu yang bukan gue suka. Gue mau semua lagu di dalam album itu bagus karena gue akan membayar segitu. Pandji Pragiwaksono juga bilang disini kalau fungsi CD tuh sekarang sudah beda, sekarang CD sudah menjadi media koleksi. Gue gak bakal mau beli CD cuma untuk diubah formatnya menjadi MP3 dan masuk ke media player. Gak praktis. Solusinya (bagi gue) cuma satu, gue beralih ke format digital.
Game adalah hal pertama yang gue pakai format digitalnya. Gue sudah gak beli game bajakan di Mall lagi, sekarang gue tinggal login melalui Steam, isi saldo, tunggu diskon, beli, lalu download. Bayangin aja, gue yang cuma isi saldo 90 ribu, punya 40 game ori di akun gue. Murah kan 90 ribu dapat banyak? Biasanya 1 game itu bisa seharga 90 ribu sampai 700 ribu. Tapi kalau sabar tunggu diskon hasilnya ya bisa sepert gue. Gue juga aktif nyari web yang sedang mengadakan giveaway dan bagi-bagi game gratis, kurang lebih 10 game di akun Steam gue dapat gratis.
Seperti kebanyakan orang Indonesia, gue juga mulai terlena dengan gratisan dan mau dapat banyak. Hal kedua yang gue pakai format digitalnya adalah musik. Beruntung gue punya akses internet dirumah jadi untuk urusan musik gak perlu download, tinggal streaming. Gue sebenarnya pengen menggunakan Spotify tapi karena belum ada di Indonesia, gue beralih ke Rdio. Awalnya gue melirik Melon dan Langitmusik, cuma karena yang paling murah menurut gue adalah Rdio (cuma 20 ribu/bulan), jadi ya ini yang gue pilih. Walaupun bayarnya agak ribet karena harus pakai kartu kredit. Tapi gapapa lah, lumayan murah 20 ribu bisa download dan streaming lagu sepuasnya secara legal. Lagian Rdio gratis streaming di webnya selama 6 bulan pertama dan 1 bulan di app. Kalau pun masa gratis habis, gue tinggal pindah ke Deezer. Gampang.
Trus tujuan gue buat tulisan ini? Ya cuma mau cerita aja sih kalo gue sudah mulai mengubah kebiasaan yang tadinya download bajakan menjadi lebih menghargai karya orang lain. Setidaknya, mengurangi download bajakan. Kecuali kalo urusan film, gue masih belom menemukan solusi dan masih download. Tapi tetap aja kok gue lebih menikmati nonton di bioskop daripada download. Lebih puas. Apalagi ada yang nemenin.
Ada yang mau ikut perlahan pindah dari bajakan seperti gue?
Siapa sih orang Indonesia yang gak pernah mendengar stafaband? Pasti, mayoritas orang Indonesia pernah buka web itu buat mencari lagu-lagu yang sedang ngehits. Gue sering buka web itu pada masa alay maksimal. Atau bagi kalian yang sering download film pasti gak jauh-jauh dari Ganool dan YTS, kan? Gue pun juga begitu, senang dengar lagu dan juga nonton film. Masalahnya gue baru sadar sekarang kalau yang gue lakukan ini salah, karena semua yang gue nikmati itu semua bajakan. Semuanya hasil nyolong.
Ya emang sih gue salah, cuma gue dulu pun agak sulit untuk beralih ke produk original. Kenapa? Karena CD musik dan DVD film ori itu mahal banget. Sekitar 100 ribu untuk satu album lagu dan 400 ribu untuk satu film. Uang segitu udah mahal bagi gue yang saat itu masih SMA. Gue gak bakalan mau untuk menghabiskan duit 100 ribu untuk mendengarkan hanya 2 lagu hits dari suatu album dan sisanya cuma lagu yang bukan gue suka. Gue mau semua lagu di dalam album itu bagus karena gue akan membayar segitu. Pandji Pragiwaksono juga bilang disini kalau fungsi CD tuh sekarang sudah beda, sekarang CD sudah menjadi media koleksi. Gue gak bakal mau beli CD cuma untuk diubah formatnya menjadi MP3 dan masuk ke media player. Gak praktis. Solusinya (bagi gue) cuma satu, gue beralih ke format digital.
Game adalah hal pertama yang gue pakai format digitalnya. Gue sudah gak beli game bajakan di Mall lagi, sekarang gue tinggal login melalui Steam, isi saldo, tunggu diskon, beli, lalu download. Bayangin aja, gue yang cuma isi saldo 90 ribu, punya 40 game ori di akun gue. Murah kan 90 ribu dapat banyak? Biasanya 1 game itu bisa seharga 90 ribu sampai 700 ribu. Tapi kalau sabar tunggu diskon hasilnya ya bisa sepert gue. Gue juga aktif nyari web yang sedang mengadakan giveaway dan bagi-bagi game gratis, kurang lebih 10 game di akun Steam gue dapat gratis.
aitinesia.com |
Seperti kebanyakan orang Indonesia, gue juga mulai terlena dengan gratisan dan mau dapat banyak. Hal kedua yang gue pakai format digitalnya adalah musik. Beruntung gue punya akses internet dirumah jadi untuk urusan musik gak perlu download, tinggal streaming. Gue sebenarnya pengen menggunakan Spotify tapi karena belum ada di Indonesia, gue beralih ke Rdio. Awalnya gue melirik Melon dan Langitmusik, cuma karena yang paling murah menurut gue adalah Rdio (cuma 20 ribu/bulan), jadi ya ini yang gue pilih. Walaupun bayarnya agak ribet karena harus pakai kartu kredit. Tapi gapapa lah, lumayan murah 20 ribu bisa download dan streaming lagu sepuasnya secara legal. Lagian Rdio gratis streaming di webnya selama 6 bulan pertama dan 1 bulan di app. Kalau pun masa gratis habis, gue tinggal pindah ke Deezer. Gampang.
Trus tujuan gue buat tulisan ini? Ya cuma mau cerita aja sih kalo gue sudah mulai mengubah kebiasaan yang tadinya download bajakan menjadi lebih menghargai karya orang lain. Setidaknya, mengurangi download bajakan. Kecuali kalo urusan film, gue masih belom menemukan solusi dan masih download. Tapi tetap aja kok gue lebih menikmati nonton di bioskop daripada download. Lebih puas. Apalagi ada yang nemenin.
Ada yang mau ikut perlahan pindah dari bajakan seperti gue?
Hai om, mohon maaf lahir dan batin ya :D
ReplyDeleteSetuju sama post-an ini, karena dengan cara seperti diatas mgkn kita bisa menghargai karya orang lain. Semangat terus ngeblognya om :D
Iya mohon maaf lahir batin :)
DeleteHahaha iya, tapi OS PC om masih bajakan nih.. gimana dong? Trus film-nya juga :(
eh disemangatin.. jadian yuk *eh
Alhamdulillah. Pasti ini berkah Ramadan, ya. Sekarang lu sudah tobat, bang.
ReplyDeleteIya gue juga kurang-kurangin download gratisan. Terutama software bajakan.
Soalnya sekarang sofware bajakan sudah nggak bisa lagi di netbook gue.
Jelas nggak bisa soalnya, gue nggak pakai Windows lagi.
Hahaha iya Bang Darma. Sekarang udah mulai mengubah kebiasaan nyari gratisan yang legal :D
Deleteloh sekarang pakenya apaan? linux?
Mohon maaf lahir dan batin ya om..
ReplyDeleteAku belum bisa beralih karena uangku masih pas-pasan kaya muka aku :(
Iya.. mohon maaf lahir batin juga :)
Deletewalah.. gapapa, nyari gratisan aja dulu :D muka pas-pasan tapi punya paber mah gapapa~
Lanjutin yah, jangan nanggung. sekalian ituOS dikomputer/laptop lo jangan pake windows bajakan :P
ReplyDeleteKalo urusan OS sih belum kuat.. Soalnya harga OS nya lebih mahal dari hape gue yang sekarang Bang. Hehehe
DeleteSebagai pelajar SMA yang duit jajan sekolah pun masih pas-pasan dan sebagai masyarakat pedalaman yang ditempat tinggalnya gak ada bioskop, aku masih punya alasan kuat kan buat ambil yang bajakan? :') *eh._.
ReplyDeleteTapi salut deh ternyata ada yang sudah sadar dari dunia perpembajakan(?) dan bisa menghargai karya cipta orang lain :D lanjutkan._.
Mulai juga dong.. cari gratisan :D
DeleteMohon maaf lahir batin juga, Om. Omas. :(
ReplyDeleteMantap nih tulisan. Jarang ada orang yang sadar akan sebuah pembajakan.
Duh, gue juga udah mulai mengurangi pelan-pelan nih, Dik. Lagu-lagu yang bajakan mulai gue hapusin dan download dari situs resmi. Terus buku-buku gue mulai beli novel aslinya, nggak mau download e-book yang nggak legal lagi. Gue takut, nanti karya gue juga dibajak. Nggak maaauuuu. :(
Masa Omas :(
Deleteya harus gue ubah dari sekarang sih.
Kalo gue sekarang masih banyak lagu dan film bajakan.. cuma kalo lagu, gue support dengan view klipnya di Youtube (secara itu dibayar perview) dan streaming online di situs resmi :D
Kalo dibilang takut dibajak ya jangan nulis buku yog, pembajakan pasti ada.. cuma pinter-pinter ngakalinnya aja
Mohon maaf lahir dan batin juga, Om :) Aku bru prtama maen kesini nih.. Hehe..
ReplyDeleteNgmongin soal bajakan.. Aku msh blm bsa ngubah kebiasaan klo soal lagu dan film.. Dari pnjelasan diatas ribet banget kayaknya, aku gak ngerti.. Kartu kredit jg gapunya, jgnkan kartu kredit, duitnya aja gak ada._. Kalo buat lagu bsa di support dgn liat klipnya di yutub nih? Wah, klo kyak gtu sih aku gak keberatan :)
Semakin ksni aku udh mulai tobat sih, kyak novel, komik gtu skrg aku jg udh mulai brusaha untuk beli buku aslinya.. Biasanya aku bacanya yg gratisan mulu.. Tobat ah:( Kasian penulisnya ntr :(